Kamis, 16 Juni 2011

SUKARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT INDONESIA

SUKARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT INDONESIA

A. Memahami Karakteristik Sukarno Melalui buku “ Sukarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”
Dari sebuah tokoh yang lahir di Lawangseketeng,Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 tepat saat fajar menyingsing buku “Penyambung Lidah Rakyat” lahir. Ibunya orang Bali yang bernama Idayu sedangkan bapaknya orang Jawa yang bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo. Bapak dan ibu nya keturunan bangsawan yang menjadi miskin karena harta mereka dirampas Belanda. Tokoh tersebut adalah Bung Karno.
Sejak tahun 1940, Bung Karno sudah dikenal luas sebagai tokoh pergerakan, lokomotif perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagian masyarakat juga mengenal Bung Karno melalui tulisan-tulisannya yang tajam dan kritis di berbagai media massa cetak. Bersama teman-teman seperjuangan, Bung Karno menerbitkan majalah Fikiran Ra’jat di Bandung. Selain menulis rutin, sesekali Bung Karno juga melukis karikatur.

Sukarno adalah seorang manusia penuh perasaan. Seorang pengagum. Ia menarik napas panjang apabila menyaksikan pemandangan yang indah. Jiwanya bergetar memandangi matahari terbenam di Indonesia. Ia menangis dikala menyanyikan lagu spirituil orang negro. Orang mengatakan bahwa Presiden Republik Indonesia terlalu banyak memiliki darah seorang seniman. "Akan tetapi aku bersyukur kepada Yang Maha Pencipta, karena aku dilahirkan dengan perasaan halus dan darah seni. Kalau tidak demikian, bagaimana aku bisa menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sebagairnana 105 juta rakyat menyebutku? Kalau tidak demikian, bagairnana aku bisa memimpin bangsaku untuk merebut kembali kemerdekaan dan hak-asasinya, setelah tiga setengah abad dibawah penjajahan Belanda? Kalau tidak demikian bagaimana aku bisa mengobarkan suatu revolusi di tahun 1945 dan menciptakan suatu Negara Indonesia yang bersatu, yang terdiri dari pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan bagian lain dari Hindia Belanda?
Irama suatu-revolusi adalah menjebol dan membangun. Pernbangunan menghendaki jiwa seorang arsitek. Dan di dalam jiwa arsitek terdapatlah unsur-unsur perasaan dan jiwa seni. Kepandaian memimpin suatu revolusi hanya dapat dicapai dengan rnencari ilham dalam segala sesuatu yang dilihat. Dapatkah orang memperoleh ilham dalam sesuatu, bilamana ia bukan seorang manusia-perasaan dan bukan manusia-seni barang sedikit ? Namun tidak setiap orang setuju dengan gambaran Sukarno tentang diri Sukarno. Tidak semua orang menyadari, bahwa jalan untuk mendekatiku adalah semata-mata melalui hati jang ikhlas. Tidak semua orang menyadari, bahwa aku ini tak ubahnya seperti anak kecil. Berilah aku sebuah pisang dengan sedikit simpati yang keluar dari lubuk-hatimu, tentu aku akan mencintaimu untuk selama-lamanya.

Dari kutipan buku Penyambung Lidah Rakyat diatas ,jadi kita tidak perlu heran apabila Sukarno menjadi pemimpin paling tidak dia memiliki tiga status istimewa yang diperkirakan tidak akan bisa dicapai oleh pemimpin manapun di Indonesia. Pertaman, Sukarno bisa menjadi institusi politik yang mampu mempersui jaringan hingga bisa terbentuknya jaringan ideal sebagai imaginer kalangan sebagian besar masyarakat Indonesia. Kedua, sebagai pemikir yang gagasan-gagasannya menjadi pusat perdebatan diberbagai kalangan. Ketiga, sebagai ideologi sekaligus ideolog yang mampu merumuskan tentang “good society” yang ingin direngkuh Indonesia dan bagaimana mewujudkannya.


B. Sifat Marhaenisme Dari Sang Revolusioner
Marhaenisme diambil dari nama Marhaen yang merupakan sosok petani miskin yang ditemui Sukarno di Cigalareng Bandung Selatan. Kondisi prihatin yang dialami seorang petani miskin itu telah menerbitkan inspirasi bagi Sukarno untuk mengadopsi gagasan tentang kaum proletar yang khas Marxisme. Marhaenisme merupakan sebuah ideologi yang diajarkan Sukarno secara keseluruhan,marhaenisme mempunyai alur pemikiran yang konsisten,yang dimana ideologi ini membela rakyat kecil dari penindasan dan pemerasan sistem Kapitalis, Konolianisme/imperealisme dan Fedoalisme. Sejak 1932, ideologi Marhaenisme telah mewarnai wacana politik di Indonesia. Dalam bukunya berjudul Indonesia Menggugat, Sukarno sangat menekankan pentingnya penggalangan massa untuk sebuah gerakan ideologis.

Menurut penafsiran Sutan Syahrir, Marhaenisme sangat jelas menekankan pengumpulan massa dalam jumlah besar. Untuk ini, dibutuhkan dua prinsip gerakan yang kelak dapat dijadikan pedoman dalam sepak-terjang kaum Marhaenis. Ditemukanlah dua prinsip Marhaenisme, yakni sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Untuk menjelaskan kedua prinsip itu, Sukarno telah mengadopsi pemikiran dari Jean Jaurhs (sosialis) dari Perancis dan Karl Kautsky (komunis) dari Jerman. Ajaran Jaurhs yang melawan sistem demokrasi parlementer digunakan oleh Sukarno untuk mengembangkan sikap para Marhaenis yang wajib taat pada pemimpin revolusi, tanpa boleh banyak tanya soal-soal yang pelik dalam bidang politik.

Sedangkan dari Karl Kautsky, Sukarno makin dalam mendapatkan keyakinan bahwa demokrasi parlementer merupakan sistem masyarakat borjuis yang tidak mengenal kasihan pada kaum yang miskin. Bahkan didalam bukunya yang berjudul “Dibawah Bendera Revolusi”, Sukarno benar-benar terpengaruh oleh Kautsky, dengan menyatakan bahwa seseorang tidak perlu untuk menjadi komunis jika hanya ingin mencermati demokrasi sebagai benar-benar produk masyarakat borjuis.
Selanjutnya Sukarno menyatakan bahwa setiap Marhaenis harus menjadi revolusioner sosial, bukan revolusioner borjuis, dan sosok itu dijuluki Sukarno sebagai sosio-nasionalisme atau nasionalisme marhaenis.
Namun, pada 26 November 1932 di Yogyakarta, Sukarno menandaskan bahwa Partai Indonesia dimana ia berkumpul, tidak menginginkan adanya pertarungan kelas. Disini jelas Sukarno memperlihatkan awal watak anti-demokrasinya dan hendak menafikan keberadaan pertarungan kelas sebagai tak terpisahkan untuk memperjuangkan kelas lemah yang tertindas.
Bagi Sukarno, menegakkan ideologi Marhaenisme lebih penting ketimbang membangun kehidupan demokratis. Sembari mengutip Karl Liebknecht, ideolog komunis Jerman, Sukarno menegaskan bahwa massa harus dibuat radikal dan jangan beri kesempatan untuk pasif menghadapi revolusi. Meski kelak sesudah kemerdekaan tercapai, penganut Marhaenisme cenderung bergabung dengan partai Murba, namun Marhaenisme ini lebih menyepakati tafsiran Tan Malaka tentang Marhaenisme.

C. Neoliberalisme vs Marhaenisme di Era SBY dan Boediono
Sesui pernyataan pengamat politik beberapa waktu yang lalu,pengamat tersebut menyatakan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Boediono, akan mengantarkan ekonomi Indonesia ini kedalam Neoliberalisme. Walaupun Presiden dan Wakil Presiden tersebut menbantah habis-habisan akan tetapi istilah Neoliberalisme sudah melekat dimata masyarakat terhadap pasangan tersebut. Banyak diantara kita yang belum begitu paham terhadap istilah tersebut,tetapi secara tidak langsung istilah tersebut sudah menjadi musuh bersama bagi para kaum Marhaen.
Neoliberalisme ini adalah bentuk dari system kapitalis, yang menyebabkan pemodal kecil semakin terdesak. Beberapa pakar ekonomi dan politik menyatakan bahwa, Neoliberalisme adalah paham yang membiarkan para pemodal yang kuat atau besar menguasasi pasar di era globalisasi. Jadi jelas,dengan adanya paham ini maka rakyat-rakyat kecil akan selalu terpojokkan bahkan bisa-bisa rakyat-rakyat kecil akan mati karena ketidakmampuan mereka untuk bersaing dengan para pemodal-pemodal yang besar yang mempunyai dampak yang sistematis bagi mereka.
Para penyelenggara negara dan pemilik modal, memang seakan-akan dilindungi oleh Rejim Neoliberal. Karena dengan tindakan-tindakan merekalah, maka agenda-agenda Neoliberalisme dapat berjalan di Indonesia. Hubungan yang harmonis antara para penyelenggara negara yang mendukung Neoliberalisme dan pemilik modal dibutuhkan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.

Jadi,dalam konteks ini lah saya melihat harus adanya penanaman kembali ideologi marhaenisme. Karena,marhaenisme merupakan sebuah solusi untuk menuju masyarakat yang sosio-nasionalis,sosio-demokrasi dan ber-Ketuhanan Maha Esa atau yang lebih tepatnya lagi membentuk masyarakat yang adil,makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila.Jadi,kita harus teruskan keinginan Sukarno untuk membuat Negara ini berdiri sendiri dengan semua kemampuan yang kita miliki. Tidak tergantung pada bangsa lain. Dan oleh karena itu falsafah marhaenisme seharusnya sampai sekarang harus tetap kita pegang dan kita jalani,karena Negara ini tidak akan maju apabila kita terus bergantung pada Negara lain. Coba lihat saja,apa yang tidak dimiliki Indonesia?? Minyak bumi ada, batubara ada,timah ada dan pertanian melimpah ruah. Jadi tinggal kemauan dari Bangsa ini saja untuk mengelola semua itu untuk kesejahteraan bangsa yang berdasarkan pada pancasila.
Referensi : Bung karno penyambung lidah rakyat.
Penulis : Erwien Widodo. aku adalah Mahasiswa Universitas Bangka Belitung,Anggota PERMAHI dan Penggiat PROGRESIF

Minggu, 06 Maret 2011

Obsesi Seorang Erwien

Erwien Widodo.. itulah nama seseorang laki-laki yang lahir pada tanggal 10-09-1989 kotabumi,lampung utara. Aku lahir dari dua insan yang hebat,agamis dan selalu konsisten terhadap apa yang telah diambankan kepadanya. Penuh kasih sayang mereka membesarkanku dan merawatku hingga detik ini. Dalam perjalanan ku menuju dewasa banyak hal-hal yang telah aku lakukan dan itu jauh dari apa yang telah ortu ajarkan dan jauh dari apa yang mereka  inginkan. Aku tau hal seperti itu pasti telah membuat mereka sangat kecewa terhadap diriku.
Hingga pada suatu hari saat aku sedang duduk santai dikost  sejenak aku terdiam karena teringat sebuah cerita dari seorang ibu yang menceritakan seorang anaknya dengan antusias. Dia bangga dan bahagia atas anaknya,bukan karena anaknya telah menjadi sosok orang yang kaya raya. Bukan pula karena anaknya telah menjadi artis yang begitu populer dan selalu dipuja-puja banyak fans nya. Melainkan karena anaknya begitunya mencintai Tuhan dan Ayah Ibunya. Dan sebagai orang tua mereka sangat bahagia,mereka sanagt merasa beruntung telah melahirkan ssok anak sebaik itu.
Kebahagiaan itu terpancar jelas dari matanya,ada kesungguhan atasa apa yang dia ceritakan kepadaku.  Anak itu telah mampu menjadikan dirinya untuk layak dititu,oleh anak-anak yang lain termasuk aku.



Dan akhirnya pada saat itu juga aku mempunyai obsesi yang aneh dan mungkin lain daripada yang lain. Obsesi saat ini adalah membuat orang tua  ku menangis. Aneh bukan..!!!
Tapi jangan salah tangkap dulu menangis yang saya maksud disni adalah menagis kebahagiaan,menangis karena aku bisa membahagiakan mereka lewat keseriusanku dalam proses mecapai karir,menangis karena aku selalu memuliakan mereka dan berusaha untuk jauh dari kata dan makna "DURHAKA". Dan yang terpenting adalah karena aku akan selalu berusaha untuk menyiapkan acara reuni di surga bersama mereka.

Semoga kita yang mempunya obsesi yang sama akan diberi kemudahan untuk mencapai apa yang telah kita cita-citakan. Amien.